Sampah
dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah
dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka
akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah rumah
tangga yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan serangga
(lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit. Lalat hidup dari sisa makanan dan
berkembang biak ditempat sampah. Lalat dapat menjadi pembawa utama dari kuman
bakteri yang menyebabkan diare karena mudah hinggap di makanan atau peralatan
makan. Tikus diketahui dapat membawa penyakit seperti tipus, leptosprirosis,
salmonellosis, pes dan lain-lain. Sedangkan serangga (lalat, kecoa, lipas,
kutu, dan lain-lain) dapat membawa berbagai bakteri yang menyebabkan penyakit
disentri dan diare.
Nyamuk akan beranak-pinak di air yang tidak bergerak di sekitar sampah yang tercecer dan dapat menyebabkan malaria bahkan demam berdarah. Binatang yang besar juga sering membuang kotoran di tempat sampah, yang pada gilirannya akan menyumbang pada jalur transmisi kuman yang mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungannya. Sampah yang dibuang di jalan dapat menghambat saluran air yang akhirnya membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat berkubang bagi nyamuk penyebab malaria. Sampah yang menyumbat saluran air atau got dapat menyebabkan banjir. Ketika banjir, air dalam got yang tadinya dibuang keluar oleh setiap rumah akan kembali masuk ke dalam rumah sehingga semua kuman, kotoran dan bibit penyakit masuk lagi ke dalam rumah. Untuk mengatasi permasalahan sampah bisa diawali dari rumah kita sendiri, yakni dengan mengelola sampah sebaik mungkin menggunakan teknologi sederhana. Kendala utama yang dihadapi didalam menangani sampah kota yang campur aduk adalah bagaimana memilah sampah agar sampah organik (yang notabene volumenya sekitar 60 % dari total volume sampah domestik) dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi kompos.
Nyamuk akan beranak-pinak di air yang tidak bergerak di sekitar sampah yang tercecer dan dapat menyebabkan malaria bahkan demam berdarah. Binatang yang besar juga sering membuang kotoran di tempat sampah, yang pada gilirannya akan menyumbang pada jalur transmisi kuman yang mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungannya. Sampah yang dibuang di jalan dapat menghambat saluran air yang akhirnya membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat berkubang bagi nyamuk penyebab malaria. Sampah yang menyumbat saluran air atau got dapat menyebabkan banjir. Ketika banjir, air dalam got yang tadinya dibuang keluar oleh setiap rumah akan kembali masuk ke dalam rumah sehingga semua kuman, kotoran dan bibit penyakit masuk lagi ke dalam rumah. Untuk mengatasi permasalahan sampah bisa diawali dari rumah kita sendiri, yakni dengan mengelola sampah sebaik mungkin menggunakan teknologi sederhana. Kendala utama yang dihadapi didalam menangani sampah kota yang campur aduk adalah bagaimana memilah sampah agar sampah organik (yang notabene volumenya sekitar 60 % dari total volume sampah domestik) dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi kompos.
Saat ini
teknologi yang tersedia dalam pengelolaan sampah
adalah :
1.
Composting : yaitu sampah
organik yang diolah menjadi kompos atau pupuk.
Tersedia beberapa teknik percepatan proses degradasi/penguraian sampah organik. Teknologi ini diterapkan hanya untuk sampah organik, sehingga disyaratkan adanya pemilahan sampah.
Tersedia beberapa teknik percepatan proses degradasi/penguraian sampah organik. Teknologi ini diterapkan hanya untuk sampah organik, sehingga disyaratkan adanya pemilahan sampah.
2.
Insinerasi (pembakaran
sampah di dalam incinerator)
Dalam
konteks pembakaran sampah kota (atau biasa disebut sampah domestik), tidak
dipersyaratkan pemilahan terlebih dahulu. Tujuan insinerasi adalah : mengurangi volume sampah dengan cepat
dan drastis, pemanfaatan sisa
abu hasil pembakarannya mudah, cepat dan murah. Bahkan Insenerasi merupakan
salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh rumah sakit.
3. Sanitary Landfill
Pemusnahan sampah dengan membuat lubang
ditanah kemudian sampah dimasukkan dan
ditimbun dengan tanah.
4.
3R (Reduce,
Reuse, Recycling)
+ 1R (Replace)
-
REDUCE (pembatasan timbulan sampah) salah satu
caranya mengurangi penggunaan Kantong Plastik, meminimalkan penggunaan
barang-barang non organik (susah diurai tanah).
-
REUSE, menggunakan
kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang “baru” sehingga
dapat digunakan kembali.
-
RECYCLE (Daur Ulang) mendaur ulang sampah (organik)
menjadi kompos dan sampah non-organik menjadi barang baru seperti ember plastik
dll.
-
REPLACE (Mengganti) mengganti timbulan sampah dengan
produk yang ramah lingkungan.
Salah satu
inovasi program pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat yang ada saat ini adalah pembentukan
“Bank Sampah” dengan mekanisme masyarakat menabung sampah untuk kemudian diolah
dan dapat menghasilkan produk lain dari sampah.
0 Komentar untuk "Pengelolaan Sampah Perkotaan Berkelanjutan"